Cari Blog Ini

Senin, 22 April 2013

Tragedi Bom Boston Akibat Kesalahan FBI?



REPUBLIKA.CO.ID, BOSTON -- Insiden bom kembar di Boston mengundang pertanyaan dalam Kongres Amerika Serikat (AS). Capitol Hill menganggap Biro Investigasi Federal (FBI) gagal mengantisipasi kegiatan teroris di AS.

Kongres AS menyatakan FBI seharusnya tetap memasukkan nama Tamerlan Tsarnaev dan adiknya Dzhokhar 'Djohar' Tsarnaev dalam radar inevestigasi sebelum ledakan bom kembar terjadi. Sebab Tamerlan masuk dalam daftar hitam intelijen Rusia.

"Kalau dia (Tamerlan) berada dalam radar intelijen (Rusia), dan dibiarkan pergi, mengapa intelijen (AS) membiarkannya," kata Ketua Komisi Kemanan Dalam Negeri di Kongres, Michael McCaul saat bersama CNN News seperti dilansir Al Jazeera, Senin (22/4).

Menurut McCaul, FBI semestinya tetap melakukan pengawasan setelah intelijen Rusia memberikan peringatan kepada FBI mengenai aktivitas Tamerlan di Dagestan. Ia mengaku prihatin tentang kinerja FBI.

FBI mewawancarai Tamerlan pada 2011 atas permintaan intelijen Rusia. Rusia memberikan daftar pertanyaan kepada FBI atas kecurigaannya terhadap aktivitas Tamerlan. Rusia menuduh Tamerlan dekat dengan aktivitas radikal di selatan negara tersebut.

Permintaan wawancara itu dipenuhi FBI. Biro intelijen dalam negeri inipun sempat mengawasi setiap aktivitasnya. Namun, Tamerlan dinyatakan bersih dari aktivitas terorisme. Bahkan FBI juga tidak menemukan kecurigaan atas perjalanan Tamerlan ke Rusia pada Januari 2012 lalu.

Anggota Senat dari Partai Republik, Peter King juga menuduhkan kesalahan yang FBI lakukan terhadap para imigran. King lebih jauh mengatakan FBI gagal mengendus gerakan terorisme dalam negeri. Apalagi, sebuah tulisan radikal di ketahui terpublis melalui pikiran dua saudara pelaku Bom Boston itu sebelum kejadian.

Tsarnaev bersaudara dinyatakan sebagai pelaku ledakan yang menewaskan tiga orang, dan menciderai lebih dari 175 orang saat ajang lari maraton di Kota Boston, Senin (15/4) lalu. Tamerlan (26 tahun) tewas setelah tim investigasi gabungan menangkapnya, saat Kamis (18/4).

Sementara Djohar (19 tahun) berhasil ditangkap setelah aksi drama pengejaran selama sehari pascatewasnya Tamerlan. Djohar hingga sekarang masih berada di rumah sakit Beth Israel Deaconnes Medical Center, Boston.

Reporter : Bambang Noroyono
Redaktur : Citra Listya Rini
Sumber : Reuters
2.407 reads
Tidak ada pezina yang di saat berzina dalam keadaan beriman. Tidak ada pencuri ketika mencuri dalam keadaan beriman. Begitu pula tidak ada peminum arak di saat meminum dalam keadaan beriman.(HR Muslim)
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar